Rabu, 22/05/2013 08:24 WIB
Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda
ilustrasi (Foto: Getty Images)
Berita Lainnya
Jakarta, Diperkirakan 3-5 persen anak di dunia mengidap ADHD (attention-deficit/hyperactivity disorder) atau biasa disebut dengan hiperaktif. Padahal gangguan mental yang disebabkan oleh faktor genetik ini akan terus mempersulit kehidupan si anak hingga mereka beranjak dewasa. Salah satunya meningkatkan peluang obesitas mereka.
Sebuah studi baru pun mengklaim anak laki-laki yang didiagnosis ADHD sejak sekolah dasar akan lebih cenderung tumbuh menjadi pria yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dibandingkan rekan-rekannya yang tidak hiperaktif.
Kesimpulan ini diperoleh setelah peneliti mengamati 207 anak laki-laki kulit putih pengidap ADHD sejak berusia 8 tahun hingga mereka tumbuh dewasa. 10 Tahun kemudian sekelompok remaja laki-laki yang tidak pengidap ADHD dan memiliki kisaran usia yang sama dengan partisipan kelompok pertama ditambahkan dalam studi ini.
Lalu saat seluruh partisipan diminta melaporkan berat badan mereka saat usianya menginjak 41 tahun, diketahui bahwa pria yang mempunyai riwayat ADHD di masa kecil rata-rata memiliki berat badan sebesar 97 kilogram dan 41 persen diantaranya dianggap obesitas.
"Sebagai perbandingan, pria tanpa ADHD rata-rata memiliki berat badan sebesar 88 kilogram dan hanya 22 persen yang dianggap obesitas," ungkap Dr. F. Xavier Castellanos dari Child Study Center, NYU Langone Medical Center, New York seperti dilansir Foxnews, Rabu (22/5/2013).
"Ketika kami mempelajari bagian otak lain yang mungkin terlibat dalam obesitas, kami menemukan bahwa tampaknya mereka juga tumpang-tindih dengan bagian otak yang berpengaruh terhadap ADHD. Sistem reward-nya terlihat relevan bagi keduanya," terang Castellanos kepada Reuters Health.
"Tapi ada juga dugaan lain bahwa obesitas merefleksikan impulsivitas, kemampuan perencanaan yang buruk dan kesulitan untuk memutuskan sesuatu, seperti halnya yang dialami oleh pasien ADHD," tambahnya.
Pakar lain, Sherry Pagoto dari University of Massachusetts Medical School, Worcester sepakat bahwa anak atau remaja yang mengidap ADHD bisa jadi lebih kompulsif untuk urusan memilih makanan serta dilaporkan lebih banyak menghabiskan waktu di depan TV ketimbang rekan-rekannya.
"Untuk itu, orang tua pengidap ADHD harus memberikan perhatian khusus terutama pada pertambahan berat badan si anak dari waktu ke waktu, termasuk mengetahui risiko yang tinggi pada si anak untuk menjadi obesitas," ujar Pagoto yang tidak terlibat dalam studi ini.
Castellanos pun merekomendasikan agar orangtua yang memiliki anak dengan ADHD memastikan anak-anaknya mendapatkan porsi olahraga yang cukup, mengurangi konsumsi minuman berpemanis buatan serta makanan berkalori tinggi lainnya.
Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics.
Sebuah studi baru pun mengklaim anak laki-laki yang didiagnosis ADHD sejak sekolah dasar akan lebih cenderung tumbuh menjadi pria yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dibandingkan rekan-rekannya yang tidak hiperaktif.
Kesimpulan ini diperoleh setelah peneliti mengamati 207 anak laki-laki kulit putih pengidap ADHD sejak berusia 8 tahun hingga mereka tumbuh dewasa. 10 Tahun kemudian sekelompok remaja laki-laki yang tidak pengidap ADHD dan memiliki kisaran usia yang sama dengan partisipan kelompok pertama ditambahkan dalam studi ini.
Lalu saat seluruh partisipan diminta melaporkan berat badan mereka saat usianya menginjak 41 tahun, diketahui bahwa pria yang mempunyai riwayat ADHD di masa kecil rata-rata memiliki berat badan sebesar 97 kilogram dan 41 persen diantaranya dianggap obesitas.
"Sebagai perbandingan, pria tanpa ADHD rata-rata memiliki berat badan sebesar 88 kilogram dan hanya 22 persen yang dianggap obesitas," ungkap Dr. F. Xavier Castellanos dari Child Study Center, NYU Langone Medical Center, New York seperti dilansir Foxnews, Rabu (22/5/2013).
"Ketika kami mempelajari bagian otak lain yang mungkin terlibat dalam obesitas, kami menemukan bahwa tampaknya mereka juga tumpang-tindih dengan bagian otak yang berpengaruh terhadap ADHD. Sistem reward-nya terlihat relevan bagi keduanya," terang Castellanos kepada Reuters Health.
"Tapi ada juga dugaan lain bahwa obesitas merefleksikan impulsivitas, kemampuan perencanaan yang buruk dan kesulitan untuk memutuskan sesuatu, seperti halnya yang dialami oleh pasien ADHD," tambahnya.
Pakar lain, Sherry Pagoto dari University of Massachusetts Medical School, Worcester sepakat bahwa anak atau remaja yang mengidap ADHD bisa jadi lebih kompulsif untuk urusan memilih makanan serta dilaporkan lebih banyak menghabiskan waktu di depan TV ketimbang rekan-rekannya.
"Untuk itu, orang tua pengidap ADHD harus memberikan perhatian khusus terutama pada pertambahan berat badan si anak dari waktu ke waktu, termasuk mengetahui risiko yang tinggi pada si anak untuk menjadi obesitas," ujar Pagoto yang tidak terlibat dalam studi ini.
Castellanos pun merekomendasikan agar orangtua yang memiliki anak dengan ADHD memastikan anak-anaknya mendapatkan porsi olahraga yang cukup, mengurangi konsumsi minuman berpemanis buatan serta makanan berkalori tinggi lainnya.
Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar