BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Hipertensi
dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Diperkirakan telah menyebabkan
4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di
negara berkembang maupun di negara maju. Hipertensi merupakan salah satu factor
risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi
dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular.
Pada
kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena
alasan penyakit tertentu, sehingga
sering disebut sebagai “ silent killer”. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital
seperti jantung, otak ataupun ginjal.
Di
Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES III);
paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya
31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan dibawah
140/90 mmHg. Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah,
jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang
tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar.
Obat-obatan
yang banyak dikonsumsi masyarakat merupakan obat-obatan kimia yang secara
berkala harus selalu dikonsumsi sehingga menimbulkan ketergantungan pada obat
tersebut. Oleh sebab itu, perlu diadakan terapi yang memberikan solusi tepat
tanpa membebani masyarakat untuk senantiasa bergantung pada obat. Terapi
tersebut adalah terapi herbal yang menyeluruh. Dalam hal ini, untuk penyakit
hipertensi dibutuhkan herba Rosella (Hibiscus sabdarifa Linn.) sebagai salah
satu tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit hipertensi.
B. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu memahami dan dapat mengaplikasikan asuhan
keperawatan yang tepat pada klien dengan hipertensi
2.
Tujuan Khusus
1)
Mahasiswa
mampu menjelaskan definisi dari hipertensi
2)
Mahasiswa
mampu mengetahui klasifikasi hipertensi
3)
Mahasiswa
mampu menyebutkan berbagai etiologi dari hipertensi
4)
Mahasiswa
mampu menyebutkan berbagai manifestasi klinis dari hipertensi
5)
Mahasiswa
mampu menjelaskan patofisiologi dari hipertensi
6)
Mahasiswa
mampu menyebutkan berbagai pemeriksaan penunjang dari hipertensi
7)
Mahasiswa
mampu menyebutkan komplikasi yang mungkin terjadi dari hipertensi
8)
Mahasiswa
mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada kasus hipertensi
9)
Mahasiswa
mampu melakukan pengkajian pada pasien penderita hipertensi
10) Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa dari hipertensi
11) Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan pada pasien
penderita hipertensi
12) Mahasiswa mampu menjelaskan pathway dari hipertensi
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Definisi
Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).
Hipertensi
adalah keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari pada 160/ 95 mmHg ( WHO
) juga apabila tekanan darah mencapai 140 / 90 mmHg atau lebih untuk usia 13-50
tahun dan tekanan darah mencapai 180 /95 mmHg untuk usia diatas 50 tahun (
Ulrich S P,1986).
B.
Klasifikasi Hipertensi
1. Hipertensi
ringan : Tekanan diastole 90 -100 mmHg
2. Hipertensi
sedang : tekanan diastole 110- 130 mmHg
3. Hipertensi
berat : Tekanan diastole > 130 mmHg
Menurut
pedoman klinis Diagnisis fan Pengobatan hipertensi ( Barry Jobel MD, Hal 3
tahun 1999 Egc Jakarta ).
Stadium hipertensi
No
|
KATEGORI
|
SISTOLE
|
DIASTOLE
|
1
|
Stadium ringan
|
140-159
|
09-99
|
2
|
Stadium sedang
|
160-179
|
100-109
|
3
|
Stadium berat
|
180-209
|
110-119
|
4
|
Stadium sangat berat
|
≤ 210
|
≥120
|
Menurut WHO
: >160/95 mmHg
Menurut
NHA
: >140/90 mmHg
C.
Etiologi
(Sjaifoellah Noer,
2001)
Berdasarkan
penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua :
1. Hipertensi
Esensial
Yaitu
hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan meliputi 90 % dari seluruh
penderita hipertensi, faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain
a. Genetik
Peran
faktor genetik terhadap hipertensi esensial dibuktikan bahwa kejadian
hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot dari pada
heterozigot, apabila salah satu diantara menderita hipertensi. Pada 70 % kasus
hipertensi esensial didapatkan riwayat hipertensi esensial.
b. Usia
Insiden
hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi pada yang
berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri
koroner dan kematian prematur.
c. Obesitas
Adanya
penumpukan lemak terutama pada pembuluh darah mengakibatkan penurunan tahanan
perifer sehingga meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengakibatkan peningkatan
vasokontriksi dan penurunan vasodilatasi dimana hal tersebut dapat merangsang
medula adrenal untuk mensekresi epinerpin dan norepineprin yang dapat
menyebabkan hipertensi.
d. Hiperkolesterol
Lemak
pada berbagai proses akan menyebabkan pembentukan plaque pada pembuluh darah.
Pengembangan ini menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang disebut
aterosklerosis.
e. Asupan
Natrium meningkat (keseimbangan natrium)
Kerusakan
ekskresi natrium ginjal merupakan perubahan pertama yang ditemukan pada proses
terjadinya HT. Retensi Na+ diikuti dengan ekspansi volume darah
dan kemudian peningkatan output jantung. Autoregulasi perifer meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan berakhir dengan HT.
f. Rokok
Asap
rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran adrenalin yang merangsang
denyutan jantung dan tekanan darah. Selain itu asap rokok mengandung karbon
monoksida yang memiliki kemampuan lebih kuat dari pada Hb dalam menarik
oksigen. Sehingga jaringan kekurangan oksigen termasuk ke jantung.
g. Alkohol
Penggunaan
alkohol atau etanol jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan lipogenesis
(terjadi hiperlipidemia) sintesis kolesterol dari asetil ko enzim A, perubahan
seklerosis dan fibrosis dalam arteri kecil.
h. Obat-obatan
tertentu atau pil anti hamil
Pil
anti hamil mengandung hormon estrogen yang juga bersifat retensi garam dan air,
serta dapat menaikkan kolesterol darah dan gula darah.
i. Stres
psikologis
Stres
dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi, yang
bersifat memperberat kerjaya arteri koroner sehingga suplay darah ke otot
jantung terganggu.
Stres
dapat mengaktifkan saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermiten.
2. Hipertensi
sekunder
Disebabkan
oleh penyakit tertentu, misalnya :
a. Penyakit
ginjal
Kerusakan
pada ginjal menyebabkan renin oleh sel-sel juxtaglomerular keluar,
mengakibatkan pengeluaran angiostensin II yang berpengaruh terhadap sekresi
aldosteron yang dapat meretensi Na dan air.
b. Diabetes
Mellitus
Disebabkan
oleh kadar gula yang tinggi dalam waktu yang sama mengakibatkan gula darah
pekat dan terjadi pengendapan yang menimbulkan arterosklerosis meningkatkan
tekanan darah.
D.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan
menjadi :
a. Tidak
ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala
yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi
klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a.
Mengeluh
sakit kepala, pusing
b.
Lemas,
kelelahan
c.
Sesak
nafas
d.
Gelisah
e.
Mual
f.
Muntah
g.
Epistaksis
h.
Kesadaran
menurun
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi
dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai
pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).
Pada usia
lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga
tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
F.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Hemoglobin / hematokrit
Untuk
mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
2.
BUN : memberikan
informasi tentang perfusi ginjal
3.
Glukosa
Hiperglikemi
( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
4.
Kalium serum
Hipokalemia
dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek
samping terapi diuretik.
5.
Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6.
Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan
kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk /
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek
kardiovaskuler )
7.
Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme
dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
8.
Kadar aldosteron urin/serum
Untuk
mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
9.
Urinalisa
Darah,
protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
10. Asam urat
Hiperurisemia
telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid
urin
Kenaiakn
dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. IVP
Dapat
mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
13. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi
pada area katub, perbesaran jantung
14. CT scan
Untuk
mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15. EKG
Dapat
menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin
terjadi pada hipertensi adalah sebagai berikut :
1.
Payah jantung (gagal jantung)
2.
Pendarahan otak (stroke)
3.
Hipertensi maligna : kelainan retina,
ginjal dan cerabrol
4.
Hipertensi ensefalopati : komplikasi
hipertensi maligma dengan gangguan otak.
5.
Infark miokardium
Dapat
terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup
oksigen kemiokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran
darah melalui pembuluh darah tersebut.
6.
Gagal ginjal
Karena
kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal,
glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus darah akan mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal. Nefron terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kemataian. Dengan rusaknya membran glomerulus,proteinakan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,menyebabkan edema,yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik.
H. Penatalaksanaan Medis &
Keperawatan
Pengelolaan hipertensi bertujuan
untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang
berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg.
Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a.
Terapi
tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai
tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi
sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1.
Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah :
·
Restriksi
garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
·
Diet rendah kolesterol dan rendah asam
lemak jenuh
·
Penurunan
berat badan
·
Penurunan
asupan etanol
·
Menghentikan
merokok
2.
Latihan
Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang
teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga
yang mempunyai empat prinsip yaitu :
·
Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain-lain
·
Intensitas
olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan.
·
Lamanya
latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
·
Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
3.
Edukasi
Psikologis
Pemberian
edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1.
Tehnik
Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang
dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang
secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama
dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2.
Tehnik
relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau
tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks
4.
Pendidikan
Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi
dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak
hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar
yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL
COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA,
1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
1.
Step
1
Obat pilihan
pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2.
Step
2
Alternatif yang bisa
diberikan :
·
Dosis
obat pertama dinaikkan
·
Diganti jenis lain dari obat pilihan
pertama
·
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat
berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
3.
Step
3 : Alternatif yang bisa
ditempuh
·
Obat
ke-2 diganti
·
Ditambah
obat ke-3 jenis lain
4.
Step
4 : Alternatif pemberian
obatnya
- Ditambah
obat ke-3 dan ke-4
- Re-evaluasi
dan konsultasi
c. Follow
Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka
panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas
kesehata n( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
1.
Setiap
kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
2.
Bicarakan
dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
3.
Diskusikan
dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan
untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
4.
Yakinkan
penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas
dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan
mengukur memakai alat tensimeter
5.
Penderita tidak boleh menghentikan obat
tanpa didiskusikan lebih dahulu
6.
Sedapat
mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
7.
Ikutsertakan
keluarga penderita dalam proses terapi
8.
Pada
penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah
9.
Buatlah
sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari
10.
Diskusikan
dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi
11.
Yakinkan
penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk
mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
12.
Usahakan
biaya terapi seminimal mungkin
13.
Untuk penderita yang kurang patuh,
usahakan kunjungan lebih sering
14.
Hubungi segera penderita, bila tidak
datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat
pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi.
I. Pengkajian Keperawatan
1.
Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agam, pekerjaan,
pendidikan dll. Umur dan jenis kelamin penting menentukan penyakit hipertensi
terutam yang terkait dengan gaya hidup.
2.
Keluhan
Utama
Keluhan utama pada hippertensi pada umumnya dalah
sakit kepala, tersa berat, terutama saat bangun tidur, di daerah oksipital
separuh (migrain), pusing, cepat lelah, penglihatan kabur, nyeri dada, nafas
sesak, berkeringat lebih, penurunan BB, tremor, cemas, mual-muntah, anoreksia,
telinga berdenging, penurunan reflek.
3.
Riwayat
Penyakit Yang Lalu
Penyakit yang menjadi faktor pencetus adanya hipertensi
antara lain penyakit parenkhim dan vaskuler ginjal, DM, tumor otak,
ensefalitis, gangguan psikiatrik, merokok, alkoholik, kafein, kurang olah rag
(menyangkut gaya hidup)
4.
Pemeriksaan
Fisik
Keadaan Umum
Meliputi kondisi klien yang terkaji oleh perawat
seperti tiungkat ketegangan, kelemahan, kecenasan, dan tingkat kesadaran.
Tanda – Tanda Vital
a.
Tekana
darah ; mengalami penigkatan, tekanan nadi meningkat.
b.
Tekanan
nadi; amplitudo meningkat pada arteri karotis, pulsasi radialis, perbedaan
denyut nadi, atau tidak ada denyut nadi pada area tertentu, seperti ; arteri
popiteal, posterior tibia, tachicardi, disritmia.
c.
Respiratori
rate ; tachipnea
d.
Temperatur
; umumnya normal ( 36,7°c – 37,3°c )
Pemeriksaan Kepala – Leher
a.
Wajah
: pucat, cianosis pada mukosa mulut dan bibir, grimace, tanda ketegangan atau
tanda kelelahan
b.
Hidung
: pernapasan cuping hidung, sianosis, epistaksis
c.
Mata
: konjungtiva pucat, gangguan visus, ptechie, perdarahan, papil edema.
d.
Leher
: distensi vena jugularis jika terkena CHF, arteri karotis, denyut nadi kecil
jika tejadi arteri sklerosis, da / tidaknya pembesaran kelenjar thiroid,
kesimetrisan tachea.
Pemeriksaan Thorak
a. Inspeksi
·
Kesimetrisan
dan bentuk thorak
·
Pernapasan
: pola napas tachipnea, orthopnea, tanda-tanda penggunaan otot bantu
pernapasan. Jika terjadi hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan tanpa atau
dengan gagal jantung kanan yang bisa m,engarah ke cor pulmonal.
b. Palpasi
·
Tractile
fremitus
·
Denyut
apek : point maximum impuls (PMI) bergeser dan atau kuat angkat
c. Perkusi
Kemungkinan terjadi cardiomegali
d. Auskultasi
Terdengar suara napas tambahan ( ronchi / rales / wheezing )
jika terjadi cor pulmonal sebagai akibat darai gagal jantung.
Pemeriksaan
Abdomen
a. Inspeksi
·
Kaji
bentuk, ketegangan dinding perut, gerakan dinding perut
·
Adanya
denyutan dari hipocardium kanan yang menunjukkan denyut dan vena hepar akibat
hipertensi dan decompensasi cordis kanan.
b. Palpasi
Teraba massa di abdomen, acites, hepatomegali, slenomegali
jika CHF
c. Perkusi
Shifting dulness menunjukkan adanya acites
d. Auskultasi
Bising usus umumnya normal
Pemeriksaan
Ekstrimitas Dan Integumen
a. inspeksi
·
Diaphoresis
·
Warna
kulit pucat kebiruan / sianosis pada kuku, ujung jari, edema jika gagal jantung
kanan.
b. Palpasi
·
Turgor
kulit > dari 2 detik
·
Suhu
ekstrimitas dingin, penurunan relek tendon
·
Mati
rasa / kelumpuhan salah satu sisi badan jika hipertrofi ventrikel
·
GCS
untuk menentukan tingkat kesadaran
J.
Diagnosa Keperawatan
1.
Menurunnya
cardiac output s/d beban kerja jantung yang berlebih sekunder terhadap ischemia
myocard
2.
Intoleransi
aktivitas s/d ketidakseimbangan antara supali dan kebutuhan oksigen
3.
Gangguan
rasa nyaman nyeri akut ( sakit kepala ) s/d peningkatan tekanan vaskuler
serebral
4.
Resiko
terjadinya trauma s/d penurunan fungsi visual
5.
Resiko
kekurangan volume cairan s/d mual muntah
K. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
I
Penurunan
curah jantung s/d beban kerja jantung yang berlebih sekunder terhadap ischemia
myocard
Intervensi
:
1.
Pantau tekanan darah, ukur pada kedua
tangan / paha untuk evaluasi awal
R/
perbandingan darai tekanan memberikan tekanan yang lebih lengkap tentang
keterlibatan / bidang masalah vaskuler
2.
Catat keberadaan, kualitas, denyutan
sentral dan perifer
R/
denyutan cordis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati /
terpalpasi, denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokonstriksi dan kongesti vena
3.
Awasi warna kulit, kelembapan, suhu
dan masa pengisian kapiler
R/
awasi pucat, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan
dengan vasokonstriksi / mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung
4.
Berikan lingkungan tenang, nyaman,
kurangi aktivitas / keributan lingkungan
R/
membantu untuk menurunkan rangsang simpatik meningkatkan relaksasi
Diagnosa
II
Intervensi
:
1. Kaji
respon klien terhadap aktivitas, pertahankan frekuensi nadi > 20 kali /
menit diatas frekuensi., istirahat, peningkatan tekanan darah nyata selama /
sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmHg atau tekanan diastolik meningkat
20 mmHg ), dispnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang berlebih.
R/
menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stress,
aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktivitas
2. Instruksikan
klien tyentang tehnik penghematan energi, misalnya : penggunaan kursi saat
mandi, duduk saat menyisir rambut dan menyikat gigi
R/
menghemat energi mengurangi penggunaan energi juga membantu keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
3. Berikan
dorongan untuk melakukan aktivitas pearawatan diri secara bertahap jika
dapat ditoleransi beriak bantuan sesuai kebutuhan
R/ kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba memberikan bantuan hanya sebatas kebutuha akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas
Diagnosa
III
Intervensi
:
1. Kompres dingin pada
dahi, tehnik relaksasi, pijat punggung dan leher
R/
aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya
peningkatan tekanan vaskuler
2. Minimalkan aktivitas
vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala mis; mengejan saat bab,
batuk panjang, membungkuk
R/
aktivitas yang meningkatakan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya
peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Berikan cairan,
makanan lunak, perawatn mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung
R/
menigkatkan kenyamanan umum
L. Evaluasi
1.
Jalan nafas kembali efektif.
Subjektif: -
Objektif:
a) RR = 16 – 20
x/menit
b) Nadi = 60 – 80
x/ menit
c) Tidak ada sesak
dan batuk
d) Tidak ada
sianosis
2.
Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu.
Subjektif: -
Objektif:
a) RR = 16 – 20
x/menit
b) Nadi = 60 – 80
x/ menit
c) Tidak ada sesak
dan batuk
d) Tidak ada
sianosis
3.
Kebutuhan nutrisi adekuat, BB meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
Subjektif: -
Objektif:
a) Pasien tampak
menghabiskan makanan yang disediakan perawat.
b) BB dalam batas
normal.
c) Pasien mendapat
masukan nutrisi yang adekuat.
M.
Pathway Hipertensi (Price & Wilson,1995)
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
Nama : Abu Nur
Tanggal pengkajiam : 06 Mei 2013
Jam pengkajian : 08.00 WIB
1.
Biodata
Pasien
Nama : Ny. W
Usia : 50 Tahuun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status
Pernikahaan : Menikah
Alamat : Hulosobo RT.
02/03 Kaligesing, Purworejo
Diagnosa Medis : HT
Waktu/tanggal
masuk RS : Jam 08.10 WIB /04
Mei 2013
Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Usia : 52 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status
Pernikahaan : Menikah
Alamat : Hulosobo RT.
02/03 Kaligesing, Purworejo
Hubungan Dengan
klien : Suami
2.
Keluhan utama
Klien mengeluh
pusing yang tak tertahankan.
3.
Riwayat Kesehatan
a.
Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dating ke
Rumah sakit dalam keadaan lemas pada Sabtu, 04 Mei 2013 jam 08.10 WIB. Klien
dating ke Rumah sakit hantar oleh suaminya. Keadaan klien saat pengkajian masih
lemas dan mengeluh pusing yang hebat serta pegal-pegal di seluruh bagian tubuh.
b.
Riwayat Penyakit Dahulu
Klien
mengatakan tidak pernah mengalami. Klien pernah dirawat di RS Brongsot karna
penyakit hiperrtensinya. Klien tidak pernah mendapatkan tindakan operasi. Klien
tidak mengalami alergi obat apapun dan klien tidak pernah mendapatkn imunisasi.
Klien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum kopi, alcohol, jamuu dan yang
lainnya.
c.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah klien
mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit apapun seperti
hipertensi, DM, penyakit jantung, kanker, hepatitis, gangguan jiwa ataupun penyakit paru.
GENOGRAM
4.
Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien
1.
Aktivitas dan latihan
Klien mengatakan
sebelum sakit aktif bergerak karna setiap pagi klien pergi ke ladang untuk
bekerja dan pulang pukul 11.00 WIB untuk istirahat dan shalat zuhur. Kemudian
klien pergi ke lading lagi dan pulang pada sore hari. Selama dirawat di RS Klien
tidak menggunakan alat bantu apapun. Kemampuan klien dalam melakukan ROM aktif.
Kemampuan klien dalam melakukan ambulasi/ADL dengan bantuan keluarga.
2.
Tidur dan Istirahat
Klien mengatakan
dalam sehari tidur sekitar 7 jam dan klien juga tidur siang. Pada saat di RS Klien
tidak mengalami kesulitan.
3.
Kenyamanan dan nyeri
Klien mengatakan
merasakan nyeri hebat di kepala. Klien mengatakn nyeri akan semakin terasa
apabila klein duduk. Nyeri terasa kepalanya seperti diikat. Saat dikaji skala
nyeri 8 dan dirasakan secara terus-menerus.
4.
Nutrisi
Frekuensi makan
klien 3x sehari. Berat badan klien 45 kg dan tinggi 150 cm. berat badan klien
dalam satu bulan terakhir tidak menurun atau meningkat. Jenis makanan yang di
konsumsi nasi, sayur dan lauk-pauk. Makanan yang di sukai kue-kue dan roti.
Klien tidak memiliki pantangan dan alergi. Klien tidak mengalami penurunan
nafsu makan. Klien tidak memiliki riwayat operasi atau trauma gastrointestinal.
Diit yang diberikan RS rendag garam, TKTP. Klien tidak menghabiskan makanan
yang diberikan, klien hanya memakan
porsi dengan alasan sudah merasa kenyang.
Kebutuhan makan klien dapat dipenuhi dengan bantuan keluarga.
IMT =
=
=
=
20 (KURUS)
BBR
=
=
=
90 % (KURUS)
5.
Cairan, elektrolit dan asam basa
Frekuensi minum
klien sekitar 5x sehari sebanyak 855cc. Jenis minuman yang dikonsumsi air mineral. Turgor kulit
elastic. Klien menggunakan support IV line Jenis Asering 20tpm.
Balance Cairan :
2775 – 2775 = 0
Input
= 855ml minum output = IWL = 675ml/24
jam BAK= 2000ml/24jam
1920ml infus BAB = 100ml/24 jam
6.
Oksigenasi
Klien tidak
mengalami kesulitan saat nafas, klien kadang-kadang batuk pada saat makan atau
minum. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit system pernapasan
seperti asma, bronchitis kronis, TB, carcinoma respiratory, batuk darah, trauma
dada.
7.
Eliminasi fekal/bowel
Pada saat
pengkajian Klien mengatakan sudah BAB 1 kali pada pagi hari. Warana feses
kuning, bau khas feses, dan konsistensi
padat. Klien tidak menggunakan obat pencahar serta tidak mengalami
gangguan eliminasi seperti konstipasi, diare, inkontinensia bowel. Klien dapat
memenuhi kebutuhan eliminasi fekalnya dengan bantuan keluarga.
8.
Eliminasi urinaria
Klien menggunakan kateter dengan urin tamping 2000cc/24jam.
Warna urin kuning normal, tidak bercampur darah. Klien tidak menggunakan obat
diuretic dan tidak mengalami gangguan saat eliminasi bledder seperti nyeri,
bruning sensation, bladder terasa penuh saat BAK. Kebutuhan eliminasi urin
klien bergantung pada kateter.
9.
Sensori, persepsi dan kognitif
Klien mengatakan
tidak mengalami ganguan penglihatan dan klien tidak menggunakan alat bantu
untuk melihat. Klien mengatakan tidak mengalami gangguan pendengaran dan tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.Klien juga mengatakan tidak mengalami
gangguan penciuman, sensasi tektil dan pengecapan.
5.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan Umum
Kesadaran klien
Compos Metis, keadaan umum lemah.
Dari hasil
penilaan score GCS eye : 4 verbal : 5 motorik : 6 total score 15
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 80x/menit dengan irama ireguler dan teraba
sedang
RR : 20x/menit dengan irama ireguler
S : 36ºC
b.
Kepala
Bentuk kepala
simetris, tidak ada tonjolan dan oedema,tidak ada nyeri tekan, kulit normal
tidak ada pendarahaan, lesi, dan lembab, tidak kotor, kulit berwarna sawo matang. Muka normal tidak
ada pendarahaan, lesi, dan lembab. Sclera putih, konjungtiva ananemis ,reflek
pupil isokhor, palpebra tidak ada lesi dan oedema, lensa normal tidak keruh.
Bentuk hidung normal tidak ada septum deviasi dan polipnasi, tidak terdapat
secret. Pada mulut, bibir klien lembab, gigi klien berwarna kekuningan, tidak
terdapat caries. Klien tidak menggunakan gigi palsu. Telinga klien simetris
terlihat bersih dan terdapat secret yang lembab berwarna kuning.
c.
Leher
Leher klien
terlihat normal, tidak ada pembesaran tyroid,tidak terjadi peningkatan JVP, tidak
terdapat kaku kuduk dan lesi pada leher. Tidak ada pembesaran tonsil dan klien
mengatakan mengalami kesulitan saat menelan.
d.
Dada
Bentuk
dada klien simetris, tidak terjadi barrel chest, funnel chest maupun pigeon
chest. Pada dada tidak ada lesi, oedema.
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan paru kiri dan kanan simetris
dan dada klien terlihat ada retraksi/otot bantu napas.
Palpasi : Fremitus taktil pada dada kanan dan
kiri seimbang.
Perkusi : Pada lapang paru terdapat bunyi sonor
Auskultasi : Pada lapang paru terdengar bunyi suara napas
vesikuler
Jantung Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran pada dinding
dada, tidak terdapat kardiomegali. Ictus kordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba sedang pada SIC V
midclavicula sinistra
Perkusi : Perkusi pada jantung redup. Batas atas
jantung di SIC II parasternal dextra dan sinistra.
Batas kiri di SIC IV midaxila sinistra
Batas kanan dari SIC II parasternal dextra ke
SIC V midclavicula sinistra
Auskultasi : Terdengar bunyi jantung I di SIC IV parasternal
sinistra dan SIC V miidclavicula sinistra
Terdengar bunyi jantung II di SIC II
parasternal dextra dan sinistra .
Bunyi jantung regular dan tidak terdapat
suara jantung tambahan mur-mur atau gallop.
e.
Abdomen
Pada saat inspeksi
abdomen klien tidak terdapat pembesaran, tidak ada lesi, warna kulit abdomen
sawo matang dan terlihat bersih. Dari hasil auskultasi peristaltik usus 15x/menit.
Pada saat palpasi klien tidak mengalami nyeri tekan,abdomen klien tidak
mengalami asites, tidak terdapat hepatomegali, splenomegali, maupun tumor.
Hasil perkusi pada abdomen terdengar bunyi timpani.
f.
Genetalia
Genetalia klien
terlihat normal, tidak terdapat kemerahan ataupun keputihan.
g.
Rectum
Rectum klien
normal, tidak terdapat hermoid , prolaps dan tidak terdapat tumor.
h.
Ekstremitas
K=
6.
Psiko sosio budaya dan spirirual
-
Psikologis
Klien
mengatakan tahu tentang penyakit yang dialami saat ini. Klien menganngap
penyakit yang ia derita merupakan kesalahan diri sendiri yang tidak
memperhatikan kesehatan. Klien mendapat sumber koping dari keluaga, suamidan
anak-anaknya. Klien mendapatkan dukungan sepenuhnya dari keluarga dan selalu
berdoa untuk kesembuhannya..
-
Sosial
Ayah klien
mengatakan hubungan klien dengan masyarakat tempat dia tinggal sangat baik. Komunikasi
keluarga dan tetangga terjalin baik. Klien juga mengatakan tidak ada kebiasaan
lingkungan yang tidak disukai.
-
Budaya
Klien mengatakan
mengikuti budaya jawa, klien juga mengatakan tidak ada kebiasaan yang dianutnya
merugikan kesehatan.
-
Spiritual
Klien mengatakan
sebelum sakit rutin beribadah shalat 5 waktu dan setelah sakit ia tidak bisa
melakukan ibadah.
7.
Pemeriksaan Penunjang
-EKG
-Laboratorium
-CT Scan (07 Mei 2013)
Dilakukan
pemeriksaan head CT scan potongan axial/OML
Hasil : Tampak lesi di hypodeus lobu
temporoparietal sinistra dengan HU 23
Mediastinum
shifted kea rah dextra
Kesan: Infarct cerebri temporoparietal
sinistra dengan SOL dan oedema cerebri
8.
Terapi Medis
Cairan IV
Asering 20tpm
Tutofusin Ops 20tpm
Obat Peroral
Amlodopine 1
x 1 tab
Obat Parenteral
Antrain 3
x 500 mg
Beclov 2
x 500 mg
Lapibal 2
x 500 µg
Neurotam 2
x 3 gr
Manitol 4 x 125 cc (Mulai 07 Mei 2013)
B. ANALISA DATA
Nama
Klien : Ny. W No. Register : 0001117017
Umur : 50 Tahun Diagnosa Medis : HT
Ruang
Rawat : Bangsal Cempaka No.F4 Alamat :
Hulosobo RT 2/3 Kaligesing
TGL/JAM
|
DATA FOKUS
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
06/05/13
|
DS:-Klien mengatakan merasakan nyeri
hebat di kepala
P: Nyeri bertambah apabila pasien
duduk.
Q: Nyeri seperti kepalanya diikat
R: Nyeri dikepala secara
menyeluruh
S: Skala nyeri 8
T: Nyeri dirasakan terus menerus
DO:-TD: 160/100 mmHg,
N: 80x/mnt,RR:20x/mnt,S: 36ºC
-Klien terlihat menahan sakit
|
Agen Injuri biologis
|
Nyeri
akut
|
06/05/13
|
DS:-Klien
mengatakan seluruh tubuhnya pegal-pegal
-Klie megatakan badannya lemas
K =
|
Kelemahan
Umum
|
Intoleransi
aktifitas
|
29/03/13
|
DS:-Klien mmengatakan cemas dengan
penyakitnya yang tidak kunjung sembuh
-Klien menganggap penyakit yang ia derita merupakan kesalahan sendiri yang
tidak memperhatikan kesehatan.
DO:-Klien terlihat gelisah.
|
Perubahan dalam status kesehatan
|
Ansietas
|
C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut b.d agen injury biologis
2.
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum
3.
Ansietas b.d perubahan dalam status
kesehatan
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama
Klien : Ny. W No. Register : 0001117017
Umur : 50 Tahun Diagnosa Medis : HT
Ruang
Rawat : Bangsal Cempaka No.F4 Alamat :
Hulosobo RT 2/3 Kaligesing
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan & Keperawatan
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
Nama/TTD
|
1
|
Nyeri akut b.d Agen injuri
biologis
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada Ny. W selama
3x24 jam diharapkan nyeri tidak dirasakan lagi dengan kriteria hasil :
-Pasien mampu mengontrol nyeri
-Pasien melaporkan bahwa nyeri berkurang
-Mampu mengenali nyeri(skala,intensitas,frekuensi dan
tanda nyeri)
-Pasien mengatakan kenyamanan karna nyeri berkurang
-Vital sign dalam batas normal :
Nadi
: 80-100x/mnt
RR:
16-24x/mnt
TD:
120/60-140/90mmHg
Suhu:
36,5-37,5
|
1.Kaji keadaan umum dan
Vital Sign
2.Gunakan teknik komunikasi
terapeutik
3.Kurangi faktor presipitasi nyeri
4.Kaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
5. Ajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam
6. Kolaborasikan pemberian obat sesuai advice
|
1.Mengetahui Keadaan umum pasien
2. Mengkaji lebih dalam
karakteristik nyeri
3. Meminimalkan faktor penyabab
nyeri
4.Mengetahui karakteristik nyeri
5. Mengurangi nyeri
6.Membantu mengurangi nyeri
|
Abu
Nur
|
2
|
Intoleransi aktifitas b.d
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan pada Ny. W selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat beraktifitas dengan
kriteria hasil :
-Aktifitas fisik klien meningkat
-Mampu melakukan pemennuhan ADL
secara mandiri
-Pasien melaporkan dapat melakukan
aktifitas denggan baik secara mandiri
|
1.Kaji kemampuan aktifitas klien
2.Anjurkan klien untuk melakukan
aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.
3.Libatkan keluarga dalam membantu
klien beraktifitas
4.Motivasi klien untuk melakukan
aktifitas
5.Kolaborasikan pemberian obat
|
1.Mengetahui kemampuan aktifitas
klien
2.Melatih kemampuan beraktifitas
3.Membantu aktifitas klien
4.Meningkatkan semangat pasien
untuk beraktifitas
5.Meningkatkan kemampuan aktifitas
klien
|
Abu
Nur
|
3
|
Ansietas b.d Perubahan dalam
status kesehatan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada Ny. W selama 2x24
jam diharapkan klien tidak cemas dengan kriteria hasil :
-Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
-Pasien melaporkan secara verbal ketidakcemasan
-Vital Sign dalam batas normal:
Nadi
: 80-100x/mnt
RR:
16-24x/mnt
TD:120/60-140/90mmHg
Suhu:
36,5-37,5
-Ekspresi wajah dan bahasa tubuh
menunjukkan kketidakcemasan
|
1.Bina hubungan saling percaya
2.Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
3.Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaan,ketakutan,persepsi
4.Instruksikan klien menggunakan
teknik relaksasi tarik napas dalam
|
1.Mempermudah melakukan tindakan keperawatan
2.Mempercepat penyembuhan
3.Memahami kondisi klien
4.Mengurangi kecemasan
|
Abu
Nur
|
E.
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
HARI KE 1
Nama
Klien : Ny. W No. Register : 0001117017
Umur : 50 Tahun Diagnosa Medis : HT
Ruang
Rawat : Bangsal Cempaka No.F4 Alamat :
Hulosobo RT 2/3 Kaligesing
Diagnosa Keperawatan
|
Tgl
|
Jam/WIB
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Nama/TTD
|
Nyeri akut b.d Agen injuri
biologis
|
06/05/13
|
08.00
08.15
08.30
08.40
08.50
09.00
|
1.Mengaji keadaan umum dan
Vital Sign
2.Menggunakan teknik
komunikasi terapeutik
3.Mengurangi faktor presipitasi nyeri
4.Mengkaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
5. Mangajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam
6. Memberi obat sesuai advice
-Amlodipine 1 tab
-Inj. Antrain 500mg
|
Tgl. 06/05/13 Jam:14.00 WIB
S:Klien mengatakan nyeri hebat di kepala
P: Nyeri bertambah apabila klien duduk
Q:Nyeri dirasakan seperti kepalanya diikat
R: Nyeri dirasakan di kepala sampai ke leher bagian
belakang
S: Skala nyeri 7
T: Nyeri dirasakan terus menerus
O:-KU Compos mentis lemah
-Klien terlihat meringis menahan nyeri
-TD: 170/110 mmHg,
-N: 80x/mnt
-RR:24x/mnt,S: 36ºC
A:Nyeri teratasi sebagian
P:Intervensi dilanjutkan :
-Kaji keadaan umum dan
Vital Sign
-Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
-Kurangi faktor presipitasi nyeri
-Kaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
-Ajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam
-Kolaborasikan pemberian obat sesuai advice
|
Abu
Nur
|
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
umum
|
06/05/13
|
08.30
08.50
08.50
09.15
09.00
|
1.Mengkaji kemampuan aktifitas
klien
2.Menganjurkan klien untuk
melakukan aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.
3.Melibatkan keluarga dalam
membantu klien beraktifitas
4.Memotivasi klien untuk melakukan
aktifitas
5.Memberikan terapi obat sesuai
advice :
-Inj. Beclov 500 mg
-Inj. Lapibal 500 µg
-inj. Neurotam 3 gr
|
Tgl. 06/05/13Jam:14.00 WIB
S:Klien mengatakan belum bisa
memenuhi kebutuhan ADL secara mandiri
O:-Kebutuhan pasien dipenuhi
dengan bantuan keluarga
-Klien tampak lemah
-K =
A:Intoleransi aktifitas teratasi
sebagian
P:Intervensi dilanjutkan :
-Kaji kemampuan aktifitas klien
-Anjurkan klien untuk melakukan
aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.
-Libatkan keluarga dalam membantu
klien beraktifitas
-Motivasi klien untuk melakukan
aktifitas
-Kolaborasikan pemberian obat
sesuai advice
|
Abu
Nur
|
Ansietas b.d Perubahan dalam
status kesehatan
|
06/05/13
|
08.00
08.15
09.30
10.00
|
1.Membina hubungan saling percaya
2.Menganjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada
klien
3.Mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaan,ketakutan,persepsi
4.Menginstruksikan klien menggunakan
teknik relaksasi tarik napas dalam
|
Tgl. 06/05/13Jam:14.00 WIB
S:Klien mengatakan khawatir dengan penyakit yang
dialami.klien juga mengatakan pikirannya tidak menentu
O:Klien tampak gelisah
A: Ansietas teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan :
-Bina hubungan saling percaya
-Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
-Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan,ketakutan,persepsi
-Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi tarik
napas dalam
|
Abu
Nur
|
HARI
KE 2
Nama
Klien : Ny. W No. Register : 0001117017
Umur : 50 Tahun Diagnosa Medis : HT
Ruang
Rawat : Bangsal Cempaka No.F4 Alamat :
Hulosobo RT 2/3 Kaligesing
Diagnosa Keperawatan
|
Tgl
|
Jam/WIB
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Nama/TTD
|
Nyeri akut b.d Agen injuri
biologis
|
07/05/13
|
08.00
08.15
08.30
08.40
08.50
09.00
|
1.Mengaji keadaan umum dan
Vital Sign
2.Menggunakan teknik
komunikasi terapeutik
3.Mengurangi faktor presipitasi nyeri
4.Mengkaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
5. Mangajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam
6. Memberi obat sesuai advice
-Amlodipine 1 tab
-Inj. Antrain 500mg
-Inj. Manitol 125 cc
|
Tgl. 07/05/13 Jam:14.00 WIB
S:Klien mengatakan nyeri sudah sedikit berkurang
P: Nyeri bertambah apabila klien duduk
Q:Nyeri dirasakan seperti kepalanya diikat
R: Nyeri di kepala secara menyeluruh
S: Skala nyeri 5
T: Nyeri dirasakan terus menerus
O:-KU Compos mentis sedang
-Klien terlihat lebih tenang
-TD: 170/100 mmHg,
-N: 80x/mnt
-RR:20x/mnt,S: 36,5ºC
A:Nyeri teratasi sebagian
P:Intervensi dilanjutkan :
-Kaji keadaan umum dan
Vital Sign
-Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
-Kurangi faktor presipitasi nyeri
-Kaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
-Ajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam
-Kolaborasikan pemberian obat
sesuai advice
|
Abu
Nur
|
Intoleransi aktifitas b.d
kelemahan umum
|
07/05/13
|
08.30
08.50
08.50
09.15
09.00
|
1.Mengkaji kemampuan aktifitas
klien
2.Menganjurkan klien untuk
melakukan aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.
3.Melibatkan keluarga dalam
membantu klien beraktifitas
4.Memotivasi klien untuk melakukan
aktifitas
5.Memberikan terapi obat sesuai
advice :
-Inj. Beclov 500 mg
-Inj. Lapibal 500 µg
-inj. Neurotam 3 gr
|
Tgl. 07/05/13 Jam:14.00 WIB
S:Klien mengatakan sudah minum
sendiri
-K
=
A:Intoleransi aktifitas teratasi
sebagian
P:Intervensi dilanjutkan :
-Kaji kemampuan aktifitas klien
-Anjurkan klien untuk melakukan
aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.
-Libatkan keluarga dalam membantu
klien beraktifitas
-Motivasi klien untuk melakukan
aktifitas
-Kolaborasikann pemberian obat
sesuai advice
|
|
Ansietas b.d Perubahan dalam
status kesehatan
|
07/05/13
|
08.00
08.15
09.30
10.00
|
1.Membina hubungan saling percaya
2.Menganjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada
klien
3.Mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaan,ketakutan,persepsi
4.Menginstruksikan klien
menggunakan teknik relaksasi tarik napas dalam
|
Tgl. 07/05/13 Jam:14.00 WIB
S:Klien mengatakan sudah tenang,karena mendapat dukungan
sepenuhnya dari keluarga. Klien juga mengatakan selalu berdo’a agar cepat
sembuh dan kkembali ke rumah
O:Klien tampak tenang
A: Ansietas teratasi sepenuhnya
P: Intervensi dihentikan
|
HARI
KE 3
Nama
Klien : Ny. W No. Register : 0001117017
Umur : 50 Tahun Diagnosa Medis : HT
Ruang
Rawat : Bangsal Cempaka No.F4 Alamat :
Hulosobo RT 2/3 Kaligesing
Diagnosa Keperawatan
|
Tgl
|
Jam/WIB
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Nama/TTD
|
Nyeri akut b.d Agen injuri biologis
|
08/05/13
|
08.00
08.15
08.30
08.40
08.50
09.00
|
1.Mengaji keadaan umum dan
Vital Sign
2.Menggunakan teknik
komunikasi terapeutik
3.Mengurangi faktor presipitasi nyeri
4.Mengkaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
5. Mangajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam
6. Memberi obat sesuai advice
-Amlodipine 1 tab
-Inj. Antrain 500mg
-Inj. Manitol 125 cc
|
Tgl. 08/05/13 Jam:14.00 WIB
S:Klien mengatakan masih pusing,dan kkakinya sering
mengalamii kesemutan
P: Nyeri bertambah apabila klien duduk
Q:Nyeri dirasakan seperti ditekan benda berat
R: Nyeri di kepala
S: Skala nyeri 3
T: Nyeri dirasakan terus menerus
O:-KU Compos mentis sedang
-Klien terlihat lemah,terbaring di tempat tidur
-TD: 150/100 mmHg,
-N: 80x/mnt
-RR:24x/mnt,S: 37ºC
A:Nyeri teratasi sebagian
P:Intervensi dilanjutkan :
-Kaji keadaan umum dan
Vital Sign
-Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
-Kurangi faktor presipitasi nyeri
-Kaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
-Ajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam
-Kolaborasikan pemberian obat sesuai advice
|
|
Intoleransi aktifitas b.d
kelemahan umum
|
31/03/13
|
08.30
08.50
08.50
09.15
09.00
|
1.Mengkaji kemampuan aktifitas
klien
2.Menganjurkan klien untuk
melakukan aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.
3.Melibatkan keluarga dalam
membantu klien beraktifitas
4.Memotivasi klien untuk melakukan
aktifitas
5.Memberikan terapi obat sesuai
advice :
-Inj. Beclov 500 mg
-Inj. Lapibal 500 µg
-inj. Neurotam 3 gr
|
Tgl. 31/03/13 Jam:14.00 WIB
S:Klien mengatakan masih lemah,
belum bisa melakukan ADL secara mandiri
O:-Klien terlihat lemah dan sering
mengantuk
-K =
A:Intoleransi aktifitas teratasi
sebagian
P:Intervensi dilanjutkan :
-Kaji kemampuan aktifitas klien
-Anjurkan klien untuk melakukan
aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.
-Libatkan keluarga dalam membantu
klien beraktifitas
-Motivasi klien untuk melakukan
aktifitas
-Kolaborasikan pemberian obat
sesuaii advice
|
Abu
Nur
|
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang
selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung,
gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal
jantung kronis.
Sebagian
penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja
beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
B.
Saran
Kita
sebagai perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi yang adekuat kepada
masyarakat mengenai penyakithipertensi, sehingga masyarakat memiliki
pengetahuan yang cukup tentang tanda-tanda yang akan muncul dan kebiasaan yang
terkena penyakit hipertensi dan selalu memeriksa kesehatan di rumah sakit dan
diihrapkan petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan dan pengobatan dengan
baik agar tidak terjadi komplikasi yang berat dan dapat mengancam nyawa.Selain
itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya berusaha semaksimal mungkin untuk
melakukan pencegahan terhadap angka kejadian dan angka resiko terkena
hipertensi pada masyarakat, memberikan penyuluhan kesehatan dan dengan
kolaborasi tenaga kesehatan lain dan pemerintah serta kerjasama dengan
masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Padila.2012.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta:
Nuha Medika
Hidayat,A.A.Aziz.2006.Pengantar kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi
konsep & Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
Nanda Internasional.2012.Diagnosa Keperawatan:Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:EGC
Kusuma,Hardy
& Amin Huda NUrarit.2012.Aplikasi
asuhan Keperawatan berdasarjan NANDA.Yogyakarta:Media Hardy
Wilkinson,Judith
M.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan
dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC,Ed.7.alih bahasa Widyawati.Jakkarta:EGC
Mansjoer,
Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media
Aesculapius
Marylinn
E., Doenges.2000.Rencana Asuhan
Keperawatan,Edisi 3.Jakarta;EGC
Price,Sylvia
A.1995.Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit.Jakarta;EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar