Senin, 20 Mei 2013

Asuhan Keperawatan Flu Burung


 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).
Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis.
Bila kita bandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Penyakit flu burung ini lebih sedikit kasusnya hanya 25 kasus di seluruh dunia dan yang meninggal mencapai 19 orang (CFR=76%). Sedangkan pada penyakit SARS dari 8098 kasus yang meninggal hanya 774 orang (CFR = 9,6%).
Berdasarkan hasil penelitian sementara (serosurvei) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Dirjen P2MPLP, Depkes RI pada tanggal 1-3 Februari di sejumlah wilayah Indonesia ( di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten dan Kabupaten Tabanan & Karang Asem Bali) belum ditemukan adanya kasus flu burung pada manusia.
Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang beresiko karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini di negara lain telah menginfeksi manusia.


B. Tujuan
1.    Tujuan Umum
            Mahasiswa mampu memahami dan dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan flu burung
2.      Tujuan Khusus
1)      Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari flu burung
2)      Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi fisiologi organ respiratorik
3)      Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai etiologi dari flu burung
4)      Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai manifestasi klinis dari flu burung
5)      Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari flu burung
6)      Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai pemeriksaan penunjang dari flu burung
7)      Mahasiswa mampu menyebutkan komplikasi yang mungkin terjadi dari flu burung
8)      Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada kasus flu burung
9)      Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien penderita flu burung
10)  Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa dari flu burung
11)  Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan pada pasien penderita flu burung
12)  Mahasiswa mampu menjelaskan pathway dari flu burung


BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.Flu burung (bahas Inggrisavian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia (Rahmat Ilham, 2010).
B. Anatomi & Fisiologi
1. Anatomi
a. Hidung
Terdapat bagian eksternal dan internal. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Rongga hidung dilapisi membran mukosa yang banyak mengandung vaskular disebut mukosa hidung. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara yang mengalir ke dan dari paru-paru sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru.
b. Faring
Faring atau tenggorok adalah struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif.
c. Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
d. Trakea
Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan  oleh membran fibroelastic menempel pada dinding depan esofagus.
e. Bronkus
Merupakan percabangan trakea kanan dan kiri, menghubungkan paru-paru dengan trakea. Terdiri dari lempengan tulang rawan dan dindingnya terdiri dari otot halus.


f. Paru-paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat pertukaran gas.
2. Fisiologi Pernafasan
Pernapasan merupakan pengambilan oksigen dari udara bebas melalui hidung, oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli. Kemudian terjadi difusi oksigen dari alveolus ke kapiler arteri paru-paru yang terletak di dinding alveolus, disebabkan karena adanya perbedaan tekanan parsial di alveolus dan paru-paru. Kemudian, oksigen di kapiler arteri akan diikat oleh eritrosit yang mengandung hemoglobin lalu dibawa ke jantung dan dipompakan ke seluruh tubuh.


C. Etiologi
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9.
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C. Virus akan mati padapemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
Klasifikasi
Penderita Konfirm H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit (MOPH Thailand, 2005)
Derajat I       : Penderita tanpa Pneumonia
Derajat II     : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas
Derajat III    : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
Derajat IV    :Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF)
Ada banyak sub tipe dari virus flu ini :
a. Tipe H1N1. Sub tipe ini lebih banyak ditemukan di babi sebagai vektor utamanya. Di      kemudian hari, virus tipe ini lebih dikenal sebagai penyebab flu babi. Berbeda dengan      penyebab flu unggas, sub tipe ini justru lebih efektif ditularkan lewat manusia. Dalam      setiap bersin pasien flu babi, setidaknya terkandung 100.000 virus H1N1. Untungnya,      daya bunuh H1N1 hanya seperduabelas dari flu burung. Flu babi hanya memiliki      kemungkinan fatal sebesar 6 persen, jauh di bawah angka 80 persen mili flu unggas.
b. H1N2 adalah sub tipe berikutnya. Sub tipe ini merupakan subtipe dari virus influenza A      yang juga disebut virus flu burung. Oleh para ahli, virus ini dinyatakan sebagai virus      pandemik pada manusia dan hewan, khususnya babi.
c. H2N2 adalah sub tipe yang lainnya. Virus H2N2 ini sudah termutasi menjadi banyak      sekali variasi virus flu ini. Salah satu bentuk mutasi dari H2N2 adalah H3N2 dan banyak      lagi subtipe virus flu lainnya yang sering ditemukan pada unggas. Virus model ini      dicurigai sebagai penyebab pandemik pada manusia di tahun 1889.
d. H2N3. Berdasarkan struktur penyusunnya, H2N3 terdiri atas proteins sebagai “casing”nya,   hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Pada umumnya, virus ini dapat menginfeksi    manusia dan unggas.
e. Sub tipe virus Avian Influenza yang paling berbahaya. Dikenal sebagai penyebab utama      flu unggas. H5N1 adalah virus yang sangat berbahaya. Berdasarkan penelitian para ahli,      pasien yang terjangkiti virus H5N1 hanya memiliki kemungkinan sembuh kurang dari 20      persen. Meskipun hanya ditularkan lewat unggas, H5N1 merupakan pembunuh yang      efektif. Daya bunuhnya 12 kali lebih dahsyat dibanding sub tipe virus avian influenza      yang lain. Virus ini merupakan jenis virus yang bersifat epizootik atau bersifat epidemik      untuk golongan di luar manusia dan juga bersifat panzootik yang mampu mempengaruhi      beragam spesies hewan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa virus ini sudah “sukses”      membunuh setidaknya 10 juta unggas di seluruh dunia serta menginfeksi ratusan juta      lainnya. Pada bulan Desember tahun 2009, badan kesehatan dunia, WHO mengumumkan      bahwa setidaknya terjadi 447 kasus flu yang terjadi pada manusia dan tingkat kematian      pada periode ini sangat tinggi, lebih dari 50 persen dengan angka kematian mencapai 267   orang.
f. Sub tipe lain yang dianggap patogenik untuk manusia adalah H7N3, H7N7 dan H9N2.      Ketiga jenis ini dianggap sebagai virus avian influenza yang memiliki daya rusak tingga      hingga dapat membunuh pengidapnya. Menurut update terbaru dari FAO, virus-virus ini      secara perlahan tapi pasti memperkuat kemampuan merusak mereka. Untuk virus H7N7      sendiri bisa menginfeksi manusia, burung, babi, anjing laut serta kuda. Pada uji      laboratorium, virus ini bisa mengifeksi tikus yang digunakan dalan percobaan. Virus      H9N2 merupakan jenis virus yang menginfeksi bebek. Pada perkembangannya, virus ini      juga menginfeksi manusia. Pada Desember 2009, ditemukan kasus anak-anak terinfeksi      H9N2 di Hongkong.



D. Manifestasi Klinis

Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari gejala ringan (nyaris tanpa gejala), sampai sangat berat. Hal ini tergantung dari keganasan virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri. Gejala yang timbul seperti jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata bengkak, demam, diare, dan tidak mau makan. Dapat terjadi gangguan pernafasan berupa batuk dan bersin. Gejala awal dapat berupa gangguan reproduksi berupa penurunan produksi telur. Gangguan  sistem saraf dalam bentuk depresi. Pada beberapa kasus, unggas mati tanpa gejala. Kematian dapat terjadi 24 jam setelah timbul gejala. Pada kalkun, kematian dapat terjadi dalam 2 sampai 3 hari.

2.      Tanda dan Gejala pada manusia

Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu biasa lainnya, hanya cenderung lebih sering dan cepat menjadi parah. Masa inkubasi antara mulai tertular dan timbul gejala adalah sekitar 3 hari; sementara itu masa infeksius pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari sesudah gejala timbul pada anak dapat sampai 21 hari.
Gejalanya suhu > 38oC, demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, sampai infeksi selaput mata ( conjunctivitis ). Bila keadaan memburuk, dapat terjadi severe respiratory distress yang ditandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya kadar CO.



E. Patofisiologi

Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk melalui pakan ternak ). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain. Secara umum, ada 3 kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke manusia.Dalam hal penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa penularan pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang telah dimasak, digoreng dan lain-lain, tidak menularkan flu burung ke orang yang memakannya. Virus flu burung akan mati dengan pemanasan 80°C selama 1 menit.

Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak pula produksi sitokin-protein dalam tubuh yang memicu peningkatan respons imunitas dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri aliran darah karena virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh (efek bunuh diri). Flu Burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh yang belum begitu kuat.
        
Masa Inkubasi
- Pada Unggas : 1 minggu
- Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .

Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika terjadi kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya.

Penyebaran
Mekanisme penyerangan virus flu burung pada unggas dan ruminansia hampir sama. Virus memiliki inti virus yang di dalamnya mengandung asam inti yang dapat memproduksi protein. Dalam istilah ilmu penyakit, asam inti yang dimiliki oleh virus mempunyai variasi jenis virus. Semakin banyak protein yang dihasilkan berarti semakin banyak pula variasi jenis virusnya. Virus pertama kali akan menyerang selaput lendir dengan menempel menggunakan rambut-rambut tajam yang terdapat pada dinding luar (envelope).Pada saat menempel, virus merusak dinding pelindung selaput lendir dan memasukkan asam inti virus. Asam inti virus yang dimasukkan ini akan merubah susunan protein yang dibentuk selaput lendir sehingga terjadi perubahan struktur protein. Protein selaput lendir yang telah terkontaminasi inilah yang kemudian disebarkan keseluruh jaringan dan organ melalui darah. Bersamaan dengan dimulainya peredaran protein ke seluruh tubuh maka saat itu juga virus mulai menyebar.


F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
• Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
• Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
• Uji Serologi :
1. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
2. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
3. Uji penapisan
• Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
• ELISA untuk mendeteksi H5N1.

2. Pemeriksaan Hematologi

Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.

3. Pemeriksaan Kimia darah

Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.

4. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.



5. Pemeriksaan Post Mortem

Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.


G. Komplikasi
 1. Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak.
2. Encephalitis ( bulbar )    
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan  disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
3. Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium, pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar, yaitu:
a. Invasi langsung ke miokard.
b. Proses immunologis terhadap miokard.
c. Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
4. Paralisis akut flaksid
5. Pneumonia ( peradangan paru )
Penyakit pada paru-paru dengan kondisi pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteriavirusjamur, ataupasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol.
6. Kematian
Terjadi jika mengalami gagal nafas akut


H. Penatalaksanaan Medis & Keperawatan
Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.
Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujukan flu burung.

1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya adalah :

• Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu burung.
• Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop “Case Management” & pengembangan laboratorium regional Avian Influenza, Bandung 20 – 23 April 2006.

Skor
Gejala 1 2
Demam < 380C > 380C
RR N > N
Ronki Tidak ada Ada
Leukopenia Tidak ada Ada
Kontak Tidak ada Ada
Jumlah Skor : 6 – 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan oseltamivir

Batasan Frekuensi Napas :
< 2bl = > 60x/menit
2bl - <12 bl = > 50x/menit
>1 th - <5 th = > 40x/menit
5 th - 12 th = > 30x/menit
>13 = > 20x/menit

Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap sebagai leukopeni (skor = 2)
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan

Pasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi.
a. Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang pemeriksaan.
b. Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan melakukan      kewaspadaan standar.
c. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
d. Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang.
e. Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
f. Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.
g. Penatalaksanaan di ruang rawat inap

3. Keperawatan
a. Perhatikan :
·         Keadaan umum
·         Kesadaran
·         Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
·         Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.
b. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat :
·         Penghambat M2 : a. Amantadin (symadine), b. Rimantidin (flu madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari.
·         Penghambatan neuramidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza), b. Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu.

Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai berikut :
·         Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg 5 hari, simptomatik dan antibiotik jika ada indikasi.
·         Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg selama 5 hari, antibiotic spectrum luas yang mencakup kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus pneumonia berat, ARDS. Respiratory care di ICU sesuai indikasi.

         Sebagai profilaksis, bagi mereka yang beresiko tinggi, digunakan Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7 hari (hingga 6 minggu).

4. Pengobatan

Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
a)   Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
b)   Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
c)   Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
d)   Anti replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu dan Zanamivir
e)   Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama      selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan      lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.



I.  Pengkajian Keperawatan

Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, keluhan utama, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1.  Identitas /biodata klien
Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, asal suku bangsa, nama orangtua, pekerjaan orangtua, dan penghasilan.
2.  Keluhan utama
Panas tinggi > 38ºc lebih dari 3 hari, pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala, nyeri otot, sakit tenggorokan
3.  Riwayat penyakit sekarang
a.  Suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang,/tidak ada.
b.  Infeksi paru
c.  Batuk dan pilek
d.  Infeksi selaput mata
4.  Pemeriksaan Fisik
a.  Kulit : Tidak terjadi infeksi pada sistem integumen
b.  Mata : orang yang terkena flu burung sklera merah, adanya nyeri tekan, infeksi selaput mata.
c.  Mulut dan Lidah : Lidah kotor, mulutnya kurang bersih, mukosa bibir kering.
d.  Pemeriksaaan penunjang : pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula, pemeriksaan yang perlu dilakukan pada orang yang mengalami flu burung, yaitu pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pemeriksaaan darah.

J. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, b.d  peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).
3. Ketidakseimbanngan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea dan anorexia



K. Rencana Tindakan Keperawatan

1.   Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, b.d  peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.

Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam jalan napas kemabli efektif
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih atau jelas
b. Mengeluarkan atau membersihkan secret

Intervensi:
a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas (asma berat).
b. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c. Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
e. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
f. Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.



2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam pertukaran gas kembali normal

Kriteria hasil :
a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang      normal (PCO2 : 35-45 mmHG, PO2 : 80-100 mmHG) dan tak ada gejala distres      pernapasan
b. Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi

Intervensi:
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
b.Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
c. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
d. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
e. Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.
f. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia.
g. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.


3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea dan anorexia

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :
a. Menunjukkan peningkatan napsu makan
b. Mempertahankan/meningkatkan berat badan

Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
b. Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
c. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap napsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
d. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
e. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
f.  Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin.
Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
g.  Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan: Penurunan berat badan dapat berlanjut, meskip un masukan adekuat sesuai teratasinya edema.



L. Evaluasi
1. Jalan nafas kembali efektif.
Subjektif: -
Objektif:
a)   RR = 16 – 20 x/menit
b)   Nadi = 60 – 80 x/ menit
c)   Tidak ada sesak dan batuk
d)   Tidak ada sianosis

2. Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu.
Subjektif: -
Objektif:
a)   RR = 16 – 20 x/menit
b)   Nadi = 60 – 80 x/ menit
c)   Tidak ada sesak dan batuk
d)   Tidak ada sianosis

3. Kebutuhan nutrisi adekuat, BB meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
Subjektif: -
Objektif:
a)   Pasien tampak menghabiskan makanan yang disediakan perawat.
b)   BB dalam batas normal.
c)   Pasien mendapat masukan nutrisi yang adekuat.


M. Pathway Flu Burung


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    KASUS
An. S (10 tahun) laki-laki masuk rumah sakit dihantar oleh Ayahnya dengan  keluhan sulit bernapas. Ayah Klien mengatakan anaknya sudah sekitar tiga minggu mengalami pilek dan batuk. Ayah klien mengatakan An.S selalu mengeluh sakit kepala Klien mengalami kesulitan saat nafas sejak 1 hari yang lalu karena penumpukan sekret di saluran pernapasan, klien terkadang batuk dengan mengeluarkan sedikit  sekret berwarna kuning dengan konsitensi kental. Klien mengatakan  badannya panas sejak sehari yang lalu. Ayah klien mengatakan An.S gemar memelihara burung, sekitar sebulan yang lalu burung peliharaannya mati karna lemas dan tidak mau makan,kepala bengkak, sekitar mata bengkak.
Dari pemeriksaan fisik ada An.S didapatkan adanya sputum di saluran pernapasan, kemerahan pada konjungtiva, keadaan umum composmentis. TTV (TD 120/80 mmHg, suhu 38,5oC, nadi 90x/menit, RR 30x/menit-irregular). BB anak saat ini 42 kg.

B.     PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama                                       : Abu Nur
Tanggal pengkajiam                : 29 Maret 2013
Jam pengkajian                        : 08.00 WIB
1.      Biodata
Pasien
Nama                                : An.S
Usia                                  : 10 Tahuun
Agama                              : Islam
Pendidikan                       : SD
Pekerjaan                          : Pelajar
Status Pernikahaan           : Belum Menikah
Alamat                             : Turi, Sidorejo, Ponjong, Gunung Kidul
Diagnosa Medis               : Avian Influenza
Waktu/tanggal masuk RS            : 29 Maret 2013
Penanggung Jawab
Nama                                : Bp.P
Usia                                  : 30 Tahun
Agama                              : Islam
Pendidikan                       : SMA
Pekerjaan                          : Wiraswata
Status Pernikahaan           : Menikah
Alamat                             : Turi, Sidorejo, Ponjong, Gunung Kidul
Hubungan Dengan klien  : Ayah

2.      Keluhan utama
Klien mengatakan sulit bernapas.
3.      Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat Penyakit Sekarang
Ayah Klien mengatakan anaknya sudah sekitar tiga minggu mengalami gejala flu, pilek, batuk, demam dan mengeluh sakit kepala. Klien juga mengatakan mengalami nyeri pada otot dan sendi.
b.      Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah mengalami diare, klien mengatakan pernah mengalami kecelakaan pada tahun 2010 dan dirawat di RS Pelita. Klien tidak pernah mendapatkan tindakan operasi. Klien tidak mengalami alergi obat apapun dan klien pernah mendapatkn imunisasi BCG (Umur 1bln), Polio 5X (Umur : lahir, 2bln,4bln,6bln,18bln), DPT 4X (Umur : 2bln,4bln,6bln,18bln), Campak (Umur : 9bln), Hepatitis 3X (Umur : lahir, 1bln,4bln). Klien tidak memiliki kebiasaan merokok dan klien juga mengatakan tidak pernah mengkonsumsi jamu-jamu tradisional.
c.       Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah klien mengatakan memiliki riwayat penyakit keluarga yaitu hipertensi. Tetapi tidak memiliki riwayat DM,penyakit jantung, dan asma.


GENOGRAM

4.      Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien
1.      Aktivitas dan latihan
Klien mengatakan sebelum sakit aktif bergerak karna setiap pagi sekitar jam 6.30 WIB klien pergi ke sekolah dan pulang pukul 13.00 WIB. Pada sore hari klien  sering bermain sepak bola bersama teman-temanya. Klien tidak menggunakan alat bantu apapun. Kemampuan klien dalam melakukan ROM aktif. Kemampuan klien dalam melakukan ambulasi/ADL dengan bantuan keluarga.
2.      Tidur dan Istirahat
Klien mengatakan dalam sehari tidur sekitar 8 jam dan klien juga tidur siang. Klien mengalami kesulitan tidur setelah sakit karena hidung tersumbat dan batuk-batuk.
3.      Kenyamanan dan nyeri
Klien mengatakan nyeri. Klien mengatakn nyeri akan semakin terasa apabila kakinya digerakan atau dipegang. Nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk pada kaki kiri dan kanan, nyeri menjalar dari lutut sampai ujung kaki. Skala nyeri 2 dan dirasakan hilang timbul dengan durasi 5 menit.
4.      Nutrisi
Frekuensi makan klien 3x sehari. Berat badan klien 43 kg dan tinggi 140 cm. berat badan klien dalam satu bulan terakhir tidak menurun atau meningkat. Jenis makanan yang di konsumsi nasi, sayur dan lauk-pauk. Makanan yang di sukai kue-kue dan roti. Klien tidak memiliki pantangan dan alergi. Klien tidak mengalami penurunan nafsu makan. Klien tidak memiliki riwayat operasi atau trauma gastrointestinal. Diit yang diberikan RS berupa nasi, sup dan pisang. Klien tidak menghabiskan makanan yang diberikan, klien hanya memakan ¼ porsi dengan alasan merasa mual dan tidak nafsu makan. Kebutuhan makan klien dapat di lakukan sendiri.
IMT  =  = =  = 21,42 (NORMAL)

BBR =  =  = 105 % (NORMAL)

5.      Cairan, elektrolit dan asam basa
Frekuensi minum klien saat di RS baik, karna orangtua klien selalu menganjurkan untuk minum air hangat agar sputumnya bisa dikeluarkan. Pada saat pengkajian klien mengatakan minum sudah minum 5 gelas = 1000cc klien menggunakan support IV line Jenis Ringer Laktat 20tpm.
6.      Oksigenasi
Klien mengalami kesulitan saat nafas karena penumpukan sputum di saluran pernapasan, klien kadang-kadang batuk dan terkadang mengeluarkan sedikit  sekret berwarna kuning dengan konsitasi kental.
7.      Eliminasi fekal/bowel
Klien mengatakan tadi pagi sebelum ke rumah sakit sudah BAB 1 kali. Klien tidak menggunakan obat pencahar serta tidak mengalami gangguan eliminasi seperti konstipasi, diare, inkontinensia bowel. Klien dapat memenuhi kebutuhan eliminasi fekalnya dengan bantuan keluarga.
8.      Eliminasi urinaria
Klien tidak menggunakan alat bantu eliminasi urinaria. Klien mengatakan warna urin kuning normal, tidak bercampur darah. Klien tidak menggunakan obat diuretic dan tidak mengalami gangguan saat eliminasi bladder seperti nyeri, burning sensation, bladder terasa penuh saat BAK. Kebutuhan eliminasi urin dapat dipenuhi dengan bantuan keluarga.


9.      Sensori, persepsi dan kognitif
Klien mengatakan tidak mengalami ganguan penglihatan dan klien tidak menggunakan alat bantu untuk melihat. Klien mengatakan tidak mengalami gangguan pendengaran dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran.Klien juga mengatakan tidak mengalami gangguan penciuman, sensasi tektil dan pengecapan.
5.      Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan Umum
Kesadaran klien Compos Metis, keadaan umum lemah.
Dari hasil penilaan score GCS eye : 4 verbal : 5 motorik : 6 total score 15
TD      : 120/80 mmHg
Nadi   : 90x/menit dengan irama ireguler dan teraba sedang
RR      : 30x/menit dengan irama ireguler
S         : 38,5ºC
b.      Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada tonjolan dan oedema,tidak ada nyeri tekan, kulit normal tidak ada pendarahaan, lesi, dan lembab, tidak kotor,  kulit berwarna sawo matang. Muka normal tidak ada pendarahaan, lesi, dan lembab. Sclera putih, konjungtiva kemerahan ,reflek pupil isokhor, palpebra tidak ada lesi dan oedema, lensa normal tidak keruh. Bentuk hidung normal tidak ada septum deviasi dan polipnasi, terdapat secret berwarna kuning dan konsistensi kental. Pada mulut, bibir klien agak kering dan pucat, gigi klien putih bersih, terdapat caries di bagian gigi belakang sebelah kiri. Klien tidak menggunakan gigi palsu. Telinga klien simetris terlihat bersih dan terdapat secret yang lembab berwarna kuning.
c.       Leher
Leher klien terlihat normal, tidak ada pembesaran tyroid, tidak terdapat kaku kuduk dan lesi pada leher. Tidak ada pembesaran tonsil dan klien mengatakan merasa nyeri saat menelan.
d.      Dada
Bentuk dada klien simetris, tidak terjadi barrel chest, funnel chest maupun pigeon chest. Pada dada tidak ada lesi, oedema.
Pulmo :    Inspeksi     : Pengembangan paru kiri dan kanan simetris dan dada klien terlihat ada retraksi/otot bantu napas.
                 Palpasi       : Fremitus taktil pada dada kanan dan kiri seimbang.
                 Perkusi      : Pada lapang paru terdapat bunyi sonor
                 Auskultasi : Pada lapang paru terdengar bunyi suara napas vesikuler
Jantung    Inspeksi     : Tidak terdapat pembesaran pada dinding dada, tidak terdapat kardiomegali. Ictus kordis tidak terlihat
                 Palpasi       : Ictus cordis teraba sedang pada SIC V midclavicula sinistra
                 Perkusi      : Perkusi pada jantung redup. Batas atas jantung di SIC II parasternal dextra dan sinistra.
                                     Batas kiri di SIC IV midaxila sinistra
                                     Batas kanan dari SIC II parasternal dextra ke SIC V midclavicula sinistra
                 Auskultasi : Terdengar bunyi jantung I di SIC IV parasternal sinistra dan SIC V miidclavicula sinistra
                                     Terdengar bunyi jantung II di SIC II parasternal dextra dan sinistra .
                                     Bunyi jantung regular dan tidak terdapat suara jantung tambahan mur-mur atau gallop.
e.       Abdomen
Pada saat inspeksi abdomen klien tidak terdapat pembesaran, tidak ada lesi, warna kulit abdomen sawo matang dan terlihat bersih. Dari hasil auskultasi peristaltik usus 20x/menit. Pada saat palpasi klien tidak mengalami nyeri tekan,abdomen klien tidak mengalami asites, tidak terdapat hepatomegali, splenomegali, maupun tumor. Hasil perkusi pada abdomen terdengar bunyi timpani.
f.       Genetalia
Genetalia klien terlihat normal, tidak terdapat hipospadia ataupun epispadia, tidak terjadi hernia, tidak terdapat oedema dan tumor pada genatalia.
g.      Rectum
Rectum terlihat normal, tidak terdapat hermoid dan tidak terdapat tumor.
h.      Ekstremitas
Kekuatan otot ektermitas atas kanan dan kiri sangat baik, bisa digerakan aktif. Kekuatan otot ektermitas bawah kanan dan kiri baik dan mengalami nyeri pegal-pegal.
K=
6.      Psiko sosio budaya dan spirirual
-          Psikologis
Klien mengatakan sama sekali tidak mengetahui tentang penyakit yang dialami saat ini. Klien khawatir penyakitnya akan semakin parah. Klien mendapat sumber koping dari keluaga dan teman-temannya. Klien mendapatkan dukungan sepenuhnya dari keluarga dan selalu berdoa untuk kesembuhannya..
-          Sosial
Ayah klien mengatakan hubungan klien dengan masyarakat tempat dia tinggal sangat baik. Komunikasi keluarga dan tetangga terjalin baik. Klien juga mengatakan tidak ada kebiasaan lingkungan yang tidak disukai.
-          Budaya
Klien mengatakan mengikuti budaya jawa, klien juga mengatakan tidak ada kebiasaan yang dianutnya merugikan kesehatan.
-          Spiritual
Klien mengatakan sebelum sakit rutin beribadah dan setelah sakit ia tidak melakukan ibadah karna sering mengeluh.

7.      Pemeriksaan Penunjang
INDIKATOR
RENTANG NORMAL
HASIL
INTEPRETASI
Hemoglobin
14 – 18 gr%
16,5 gr/dL
Normal
Hematokrit
40 – 48%
40,1 %
Normal
Leukosit
4700 – 10300 µ/l
10.250 mg/dl
Normal
Trombosit
150.000 – 450.000
366.000 mg/dl
Nornal
Erytrosit
4 – 5,5 jt µ/l
5.380.000 mg/dL
Normal
Urea
15 – 45 mg/dl
43 mg/dl
Normal
Creatinin
0,6 – 1,3 mg/dl
5,1 mg/dl
Tinggi
SGOT
10 – 50 µ/l
53,1 µ/l
Normal
SGPT
10 – 50 µ/l
55 µ/l
Tinggi
Albumin
3,5 – 5,2 g/dl
2 g.dl
Rendah

8.      Terapi Medis
Klien mendapatkan cairan IV tipe RL 20tpm, Ceftriaxone 2x1gr, Ranitidin 2x 10gr, Flexatide atrovent 3x1 dan Paracetamol 3x1 tab.


C.    ANALISA DATA
Nama Klien     : An. S                                     No. Register       : 294884
Umur               : 10 Tahun                               Diagnosa Medis : Avian Influenza
Ruang Rawat  : Bangsal Teratai No.12          Alamat               : Turi,Sidorejo,Ponjong
TGL/JAM
DATA FOKUS
ETIOLOGI
PROBLEM
29/03/12
DS:-Klien mengalami kesulitan saat nafas sejak 1 hari yang lalu karena penumpukan sputum di saluran pernapasan, klien terkadang batuk dengan  mengeluarkan sedikit  sekret berwarna kuning dengan konsistensi kental.

DO:-Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya sekret di saluran pernapasan.
-Bibir klien terlihat agak kering dan pucat
-Pada dada klien terlihat ada retraksi/otot bantu napas.
-TTV (TD :120/80mmHg, suhu 38,5oC, nadi 90x/menit, RR 30x/menit-irregular).  
Sekresi yang tertahan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
29/03/13
DS:-Klien juga mengatakan mengalami nyeri pada otot dan sendi. Klien mengatakn nyeri akan semakin terasa apabila kakinya digerakan atau dipegang. Nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk pada kaki kiri dan kanan, nyeri menjalar dari lutut sampai ujung kaki. Skala nyeri 2 dan dirasakan hilang timbul dengan durasi 5 menit.
-Klie megataka badaya lemas


DO:- Kemampuan klien dalam melakukan ADL dengan batuan keluarga

K =


Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Intoleransi aktifitas
29/03/13
DS:-Klien mengatakan sama sekali tidak mengetahui tentang penyakit yang dialami saat ini.
DO:-Klien terlihat bingung, Klien juga tidak mengikuti perintah yang dianjurkan perawat.
Kurangnya paparan informasi
Defisiensi Pengetahuan
D.    PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d sekresi yang tertahan
2.      Intoleransi aktifitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3.      Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi
E.     RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien     : An. S                                     No. Register       : 294884
Umur               : 10 Tahun                               Diagnosa Medis : Avian Influenza
Ruang Rawat  : Bangsal Teratai No.12          Alamat               : Turi,Sidorejo,Ponjong
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan & Keperawatan
Intervensi
Rasionalisasi
Nama/TTD
1              
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d sekresi yang tertahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An.S selama 2x24 jam diharapkan klien  dapat bernapas tanpa hambatan dengan kriteria hasil :
-Saluran napas bersih,tidak ada sputum yang berlebihan
-Tidak terdapat retraksi dada
-TTV dalam rentang normal :
-Nadi : 80-100x/mnt
-RR: 16-24x/mnt
-TD:120/60-140/90mmHg
-Suhu: 36,5-37,5

1.Auskultasi bunyi napas(catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki)
2.Monitor TTV


3.Kaji tanda-tanda sianosis

4.Berikan posisi yang nyaman bagi pasien

5.Ajarkan klien teknik batuk efektif

6.Kolaborasikan pemberian terapi oksigen bila memungkinkan
7.Kolaborasikan pemberian terapi obat mukolitik


1.Menunjukkan kelainan pada saluran pernapasan
2.Mengetahui tanda  kekurangan asupan O2
3.Mengidetifikasi tanda-tannda abnormal
4.Meningkatkan kenyamanan pasien
5.Mengeluarkan sputum yang tertahan
6.Meningkatkan suplai O2


7.Mempercepat penyembuhan
Abu Nur
2
Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An.S selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat beraktifitas dengan kriteria hasil :
-Aktifitas fisik klien meningkat
-Mampu melakukan pemennuhan ADL secara mandiri
-Pasien melaporkan dapat melakukan aktifitas denggan baik secara mandiri
1.Kaji kemampuan aktifitas klien

2.Anjurkan klien untuk melakukan aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.
3.Libatkan keluarga dalam membantu klien beraktifitas
4.Motivasi klien untuk melakukan aktifitas
1.Mengetahui kemampuan aktifitas klien
2.Melatih kemampuan beraktifitas

3.Membantu aktifitas klien

4.Meningkatkan semangat pasien untuk beraktifitas
Abu Nur
3
Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An.S selama 2x24 jam diharapkan klien mengetahui dan mengerti terkait informasi tentang penyakit dengan kriteria hasil :
-Klien dan keluarga menyatakan tentang pemahaman tentang penyakit,kondisi,prognosis dan program pengobatan
-Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
-Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat secara umum

1.Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan cara mencegahnya
2.Gambarkan tanda dan gejala yang bias muncull pada penyakit dengan cara yang tepat
3.Sediakan informasi pada klien tentang kondisinya
4.Informasikan tentang kemajuan pada kesembuhan klien

5.Diskusikan  penanganan dengan tujuan pengobatan
6.Instruksikan klien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan kepada perawat
7.Motivasi klien untuk meningkatkan istirahat
1.Mengetahui Proses Terjadinya Penyakit
2.Mengenali Penyakit


3.Agar Kebuutuhan Informasi Klien Terpenuhi
4.Informasi Tentang Perkembangan Kesembuhan Klien
5.Mendukung Penyembuhan Penyakit
6.Memberi informasi untuk intervensi selanjutnya

7.Menjaga kondisi klien

Abu Nur



F.     IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI KE 1
Nama Klien     : An. S                                     No. Register       : 294884
Umur               : 10 Tahun                               Diagnosa Medis : Avian Influenza
Ruang Rawat  : Bangsal Teratai No.12          Alamat               : Turi,Sidorejo,Ponjong
Diagnosa Keperawatan
Tgl
Jam/WIB
Implementasi
Evaluasi
Nama/TTD
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d sekresi yang tertahan
29/03/13
08.15



09.00


09.30


10.00


10.30


09.00
1.Melakukan auskultasi bunyi napas(catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki)
2.Memonitor TTV


3.Mengkaji tanda-tanda sianosis

4.Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien

5.Mengajarkan klien teknik batuk efektif

6.Memberikan terapi obat sesuai advice :
-Flexatide atrovent 3x1
-Ceftriaxone 2x1gr
-Ranitidin 2x 10gr
-Paracetamol 3x1 tab


Tgl. 29/03/13 Jam:14.00 WIB

S:Klien mengatakan sesak dan belum bisa bernapas dengan lega.
O:-Terlihat retraksi pada  dada klien
-Keluar sekret berwarna kuning kental
-Terdapat sekret pada saluran pernapasan
-TD: 120/80 mmHg,N: 100x/mnt,RR:30x/mnt,S: 38ºC
A:Ketidakefektifan bersihan jalan napas  teratasi sebagian
P:Intervensi dilanjutkan :
-Auskultasi bunyi napas(catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki)
-Monitor TTV
-Kaji tanda-tanda sianosis
-Ajarkan klien teknik batuk efektif
-Kolaborasikan pemberian terapi oksigen bila memungkinkan
Abu
Nur
Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

29/03/13
08.00


08.00



08.30


09.00
1.Mengkaji kemampuan aktifitas klien

2.Menganjurkan klien untuk melakukan aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.

3.Melibatkan keluarga dalam membantu klien beraktifitas

4.Memotivasi klien untuk melakukan aktifitas
Tgl. 29/03/13 Jam:14.00 WIB

S:Klien mengatakan belum bisa memenuhi kebutuhan ADL secara mandiri
O:-Kebutuhan pasien dipenuhi dengan bantuan keluarga
-Klien tampak lemah


-K =


A:Intoleransi aktifitas teratasi sebagian
P:Intervensi dilanjutkan :
-Kaji kemampuan aktifitas klien
-Anjurkan klien untuk melakukan aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.
-Libatkan keluarga dalam membantu klien beraktifitas
-Motivasi klien untuk melakukan aktifitas
Abu Nur
Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi
29/03/13
08.15


09.00



09.30


09.40



10.00

10.30



12.00
1.Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan cara mencegahnya
2.Menggambarkan tanda dan gejala yang bias muncull pada penyakit dengan cara yang tepat
3.Menyediakan informasi pada klien tentang kondisinya
4.Menginformasikan tentang kemajuan pada kesembuhan klien

5.Mendiskusikan  penanganan dengan tujuan pengobatan
6.Menginstruksikan klien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan kepada perawat
7.Memotivasi klien untuk meningkatkan istirahat
Tgl. 29/03/13 Jam:14.00 WIB

S:Klien dan keluarga mengatakan mengerti tentang penyakit,tetapi masih bingung
O:Klien dan keluarga banyak bertanya,tampak ingin tahu tentang penyakit yang diderita
A: Defisiensi pengetahuan teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan :
-Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan cara mencegahnya
-Gambarkan tanda dan gejala yang bias muncull pada penyakit dengan cara yang tepat
-Sediakan informasi pada klien tentang kondisinya
-Informasikan tentang kemajuan pada kesembuhan klien
-Diskusikan  penanganan dengan tujuan pengobatan
-Instruksikan klien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan kepada perawat
-Motivasi klien untuk meningkatkan istirahat.
Abu
Nur
HARI KE 2
Nama Klien     : An. S                                     No. Register       : 294884
Umur               : 10 Tahun                               Diagnosa Medis : Avian Influenza
Ruang Rawat  : Bangsal Teratai No.12          Alamat               : Turi,Sidorejo,Ponjong
Diagnosa Keperawatan
Tgl
Jam/WIB
Implementasi
Evaluasi
Nama/TTD
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d sekresi yang tertahan
30/03/13
08.15



09.00


09.30


10.00


10.30


09.00
1.Melakukan auskultasi bunyi napas(catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki)
2.Memonitor TTV


3.Mengkaji tanda-tanda sianosis

4.Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien

5.Mengajarkan klien teknik batuk efektif

6.Memberikan terapi obat sesuai advice :
-Flexatide atrovent 3x1
-Ceftriaxone 2x1gr
-Ranitidin 2x 10gr
-Paracetamol 3x1 tab


















Tgl. 30/03/13 Jam:14.00 WIB

S:Klien mengatakan bisa bernapas dengan lega.
O:-Tidak terlihat retraksi pada  dada klien
-Keluar sekret berwarna kuning kental
-Saluran pernapasan klien terlihat terbebas dari sumbatan  sekret.
-TD: 120/80 mmHg,N: 85x/mnt,RR:24x/mnt,S: 37,5ºC
A:Ketidakefektifan bersihan jalan napas  teratasi
P:Intervensi dihentikan
Abu Nur
Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
30/03/13
08.00


08.00



08.30


09.00
1.Mengkaji kemampuan aktifitas klien

2.Menganjurkan klien untuk melakukan aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.

3.Melibatkan keluarga dalam membantu klien beraktifitas

4.Memotivasi klien untuk melakukan aktifitas

Tgl. 30/03/13 Jam:14.00 WIB

S:Klien mengatakan sudah bisa bergerak,dan turun dari tempat tidur tetapi dibantu dengan keluarga
O:-Sebagian besar kebutuhan keluarga dipenuhi dengan  bantuan keluarga
-K =


A:Intoleransi aktifitas teratasi sebagian
P:Intervensi dilanjutkan :
-Kaji kemampuan aktifitas klien
-Anjurkan klien untuk melakukan aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.
-Libatkan keluarga dalam membantu klien beraktifitas
-Motivasi klien untuk melakukan aktifitas
-Kolaborasikann pemberian obat sesuai advice


Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi
30/03/13
08.15


09.00



09.30


09.40



10.00

10.30



12.00
.Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan cara mencegahnya
2.Menggambarkan tanda dan gejala yang bias muncull pada penyakit dengan cara yang tepat
3.Menyediakan informasi pada klien tentang kondisinya
4.Menginformasikan tentang kemajuan pada kesembuhan klien
5.Mendiskusikan  penanganan dengan tujuan pengobatan
6.Menginstruksikan klien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan kepada perawat
7.Memotivasi klien untuk meningkatkan istirahat
Tgl. 30/03/13 Jam:14.00 WIB

S:Klien dan keluarga mengatakan mengerti tentang penyakit  yang ia alami
O:Klien dan keluarga tampak kooperatif terhadap tindakan yang diberikan perawat
A:Defisiensi pengetahuan teratasi
P:Intervensi dihentikan


HARI KE 3
Nama Klien     : An. S                                     No. Register       : 294884
Umur               : 10 Tahun                               Diagnosa Medis : Avian Influenza
Ruang Rawat  : Bangsal Teratai No.12          Alamat               : Turi,Sidorejo,Ponjong
Diagnosa Keperawatan
Tgl
Jam/WIB
Implementasi
Evaluasi
Nama/TTD
Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

31/03/13
08.00


08.00



08.30


08.40


09.00
1.Mengkaji kemampuan aktifitas klien

2.Menganjurkan klien untuk melakukan aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.

3.Melibatkan keluarga dalam membantu klien beraktifitas

4.Memotivasi klien untuk melakukan aktifitas

5.Memberikan terapi obat sesuai advice :
-Ceftriaxone 2x1gr
-Ranitidin 2x 10gr

Tgl. 31/03/13 Jam:14.00 WIB

S:Klien mengatakan masih lemah, belum bisa melakukan ADL secara mandiri
O:-Klien terlihat lemah dan kebutuhan ADL dipenuhi dengan bantuan keluarga

-K =


A:Intoleransi aktifitas teratasi sebagian
P:Intervensi dilanjutkan :
-Kaji kemampuan aktifitas klien
-Anjurkan klien untuk melakukan aktifitas secara bertahap sesuai kemampuan.
-Libatkan keluarga dalam membantu klien beraktifitas
-Motivasi klien untuk melakukan aktifitas

Abu Nur



BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk melalui pakan ternak ). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.


B.     Saran
Kita sebagai perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi yang adekuat kepada masyarakat mengenai penyakit flu burung, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tenntang tanda-tanda yang akan muncuul ketika seseorang terinfeksi virus H5N1 dan segera membawa ke rumah sakit dan diihrapkan petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan dan pengobatan dengan baik agar ttidak terjadi iinfeksi yang lebih berat.Selain itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya berusaha semaksimall mungkin untuk melakukan pencegahan terjadiinya penyebaran virus H5N1, dengan meminimalkan faktor penyebab dengan kolaborasi tenaga kesehatan lain dan pemerintah serta kerjasama dengan masyarakat




DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,M.E.2008.Rencana Asuhan Keperawatan,Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perwatan pasien.Jakarta: EGC
Muttaqin,Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Padila.2012.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika
Hidayat,A.A.Aziz.2006.Pengantar kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi konsep & Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
Nanda Internasional.2010.Diagnosa Keperawatan:Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.Jakarta:EGC
Kusuma,Hardi & Amin Huda NUrarit.2012.Aplikasi asuhan Keperawatan berdasarjan NANDA.Yogyakarta:Media Hardy
Wilkinson,Judith M.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC,Ed.7.alih bahasa Widyawati.Jakkarta:EGC
Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius

52 komentar:

  1. The latest information we are waiting for lho..semoga what is given can be useful
    Terimakash..success always everything..salam know

    obat herbal kelenjar tiroid ampuh
    obat kanker lidah tradisional
    obat kaku leher dan tegang

    BalasHapus
  2. Information is very useful and can add insight, happy to be on your page, thanks to the information you shared. This is very useful. Good luck always!!
    Agen Resmi QnC Jelly Gamat Asli Kabupaten Menggala Tulang Bawang
    Agen Resmi QnC Jelly Gamat Asli Kabupaten Sukadana Lampung Timur

    BalasHapus
  3. Thanks for the information presented on your website
    Very in waiting for other information

    situs herbal pedia
    obat untuk infeksi paru paru
    obat untuk keputihan

    BalasHapus
  4. Thanks for the information presented on your website
    Very in waiting for other information

    manfaat temulawak untuk hepatitis
    daun salam untuk sakit pinggang
    obat gendang telinga sakit

    BalasHapus
  5. I thank you very much because with this information can help me and can increase my knowledge.
    Bahya Penyakit Diabetes Pada Pria Dan Wanita

    BalasHapus
  6. Thanks, the article you created is very interesting and easy to understand
    http://rizkyherbal.com/obat-tbc-herbal-di-apotik/
    http://rizkyherbal.com/obat-kanker-usus-besar-stadium-4-alami/
    https://obatasamuratagaricpro.com/obat-gagal-ginjal-tanpa-cuci-darah/

    BalasHapus
  7. The article you created is very easy to understand, Thank you good article

    http://obatasamuratagaricpro.com/obat-stroke-paling-fenomenal/
    http://obatasamuratagaricpro.com/obat-gagal-ginjal-tanpa-cuci-darah/
    http://obatasamuratagaricpro.com/obat-hepatitis-akut/
    http://obatasamuratagaricpro.com/obat-kanker-prostat-yang-ampuh/
    http://obatasamuratagaricpro.com/obat-jantung-koroner-ampuh/


    http://rizkyherbal.com/obat-kanker-prostat-tanpa-operasi/
    http://rizkyherbal.com/pengobatan-hernia-tanpa-operasi/
    http://rizkyherbal.com/pengobatan-jantung-koroner-tanpa-operasi/
    http://rizkyherbal.com/obat-tbc-herbal-di-apotik/
    http://rizkyherbal.com/obat-kanker-usus-besar-stadium-4-alami/

    BalasHapus
  8. thanks for informations
    https://tokoherbalnesv.blogspot.com/

    BalasHapus
  9. Thank you for the cooperation that has been established, we will discuss it again next time.
    Penyebab Maag Kronis Kambuh

    BalasHapus
  10. hopefully what you want can be achieved easily and well
    Mudah Berdarah dan Memar

    BalasHapus
  11. Your article is very satisfying and very good, I'm proud of you.
    Obat Herbal Tumor Hati

    BalasHapus
  12. the article that you share is very useful especially for those in need.

    Umpan Pelet Serbuk Aroma Amis Untuk Ikan Lele

    BalasHapus